15fUkKsZVT9yDgBv50vtln5Ad8Y63wPOAJoCaduz

Kirimkan karya

Kirim

HMJ PAI UIN WALISONGO

Labels

Memahami Makna Sedekah Bumi

dok. Rein

Sedekah bumi adalah salah satu upacara adat yang dilakukan masyarakat Indonesia, khususnya Jawa. Sedekah bumi dilaksanakan dalam rangka bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rezeki berupa hasil bumi yang melimpah. Sedekah bumi sebenarnya adalah budaya masyarakat Jawa kuno sebelum mengenal agama Islam, masyarakat Jawa zaman dahulu menyebutnya dengan sesaji bumi. 

Dalam upacara sesaji bumi, masyarakat menyiapkan sesaji yang dipersembahkan untuk para dewa dan roh-roh yang diletakkan di tempat-tempat tertentu seperti pohon-pohon besar dan tempat yang dianggap wingit. Ada juga yang menyembelih kerbau kemudian kepala kerbau tersebut dikubur sebagai bentuk terima kasih atas hasil bumi yang melimpah.

Walisongo dalam menyebarkan agama Islam di Nusantara melihat hal tersebut sebagai peluang yang dapat digunakan sebagai sarana menyebarkan agama Islam. Walisongo tidak menghapus kegiatan sesaji bumi, tetapi melakukan sedikit penyesuaian dengan ajaran Islam, jadi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat saat ini sudah disesuaikan dengan ajaran Islam. 

Kendati sudah dilakukan penyesuaian oleh Walisongo pada zaman dahulu, tetapi masih saja ada masyarakat yang melakukan upacara sedekah bumi dengan model Jawa kuno, hal ini banyak ditemui di daerah-daerah yang masih memegang teguh ajaran kejawen atau Jawa kuno.

Dalam satu kesempatan saat ngaji rutinan kitab Shahih Bukhori di Pondok Pesantren Girikesumo, Mranggen, Demak. KH. Munif Zuhri menjelaskan bahwa kegiatan sedekah bumi adalah bentuk rasa syukur kepada Allah atas hasil bumi yang melimpah, sehingga dalam praktiknya harus sesuai dengan tujuan awal yaitu mensyukuri nikmat Allah. Dahulu orang jawa saat melakukan sedekah bumi itu mengubur kepala kerbau untuk sesaji dan bentuk penghormatan kepada dewa-dewa dan roh-roh, kemudian oleh Walisongo dirubah. 

Kalau mensyukuri hasil bumi dengan menguburnya ke bumi itu merupakan sesuatu yang sia-sia, mubadzir dan tidak bermanfaat, maka makna sedekah bumi yang benar itu seharusnya berkaitan dengan nilai sosial. Zaman dahuulu masih banyak masyarakat yang kelaparan, maka dengan adanya sedekah bumi ini masyarakat mensedekahkan hasil bumi untuk fakir dan miskin, sehingga terwujudlah nilai kemanusiaan, nilai sosial dan rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah. Sebagai bentuk syukur yang bersifat ritual maka diadakan tahlilan, pengajian, dzikir di malam harinya, bukan malah mengadakan pesta, dangdutan dan tayuban yang berpotensi menyebabkan kemaksiatan dan lalai kepada Allah.

 

Penulis : Muhammad Najwa Maulana (HMJ PAI Angkatan 2020)

Related Posts

Related Posts