![]() |
Doc. Kominfo |
Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (HMJ PAI) UIN Walisongo Semarang selenggarakan Seminar Terbuka yang berkolaborasi dengan Komunitas Gusdurian UIN Walisongo Semarang pada Selasa (27/5/2025) di Teater Soshum Kampus 3 UIN Walisongo Semarang.
Acara dimulai pukul 08.20 WIB dan dihadiri oleh seluruh
pengurus HMJ, para mahasiswa, Wakil Dekan 3, Sekretaris Jurusan PAI, para
peserta dari sekolah lain, serta beberapa tamu undangan pemuka agama serta Bapak
Dr. Tedi Kholiludin, M.Si dan Ibu Ellen Kristi, S.H., M.Hum sebagai narasumber.
Farisa Ilmadina selaku ketua pelaksana mengucapkan terima kasih serta apresiasi terhadap semua pihak yang telah berpartisipasi.
"Saya ucapkan selamat datang dan terima kasih serta
mengapresiasi kepada semua pihak yang telah berkenan mengsukseskan acara ini,
baik dari panitia maupun tamu undangan," ujarnya.
Dilanjutkan sambutan oleh Mustaka Deka Yunensa selaku ketua Komunitas Gusdurian UIN Walisongo memberi ucapan terima kasih kepada pihak yang telah berkolaborasi dengannya dan
sedikit memberikan gagasan acara ini.
"Saya mewakili Komunitas Gusdurian sangat berterima
kasih kepada HMJ PAI yang telah berkolaborasi dengan kami. Dengan tema
Menyikapi Intoleransi Beragama, kami berharap dapat membuka kacamata baru atau
wawasan yang selama ini tertutup," ujarnya.
Sambutan selanjutnya oleh Bapak Aang Kunaepi M.Ag selaku
Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam memberikan apresiasi kepada pihak
yang menyelenggarakan ini serta pada pemuka agama.
"Kami atas nama Sekjur, mengapresiasi setinggi-tingginya
kepada HMJ PAI yang telah menyelenggarakan acara ini dan telah mengundang
beberapa pemuka agama. Hal ini akan meningkatkan literasi kita, tingkatan kita
untuk beragama secara inklusif," ucapnya
Selanjutnya Prof. Muslih MA. selaku Wakil Dekan III Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan juga memberikan ucapan selamat kepada pihak yang
menyelenggarakan.
"Saya atas nama Wakil Dekan 3 mengucapkan tahni'ah
kepada HMJ PAI yang telah menyelenggarakan Seminar ini," ujarnya.
Memasuki acara inti, Oseolla Savana, S.Pd selaku moderator membuka rangkaian diskusi seminar kali ini yang bertema "Menyikapi
Intoleransi Beragama: Refleksi Tantangan dan Solusi Bagi Sistem
Pendidikan".
Dr. Teddy selaku pemateri mengawali pemaparan yang berkaitan
dengan dunia pendidikan
![]() |
Doc. Kominfo |
"Ada tiga dosa di sekolah, yaitu bulliying, kekerasan
seksual, dan intoleransi. Lingkungan pendidikan atau Institut pendidikan adalah
salah satu tempat yang menjadi target untuk disemainya benih-benih anti
radikalisme. Hal ini tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah saja, tetapi
pemerintah juga terlibat dan ini menjadi point penting kita", ungkapnya.
Pada akhir pemaparan, Dr. Teddy mengusulkan beberapa hal
yang bersifat paradigmatif.
"Saya mengusulkan bahwa sekolah mungkin harus menjadi
infrastruktur. Suprastrukturnya adalah ide, nilai, norma, dan regulasi yang
kemudian menjadi acuan untuk menuntun arah agar sekolah menjadi infrastruktur
perdamaian", tutupnya.
Dilanjutkan oleh Ibu Ellen Kristi sebagai pemateri kedua.
Pada pemaparannya, Ibu Ellen menyampaikan tentang sudut pandang klaim kebenaran.
"Klaim toleransi pada kebenaran itu seperti saya
meyakini agama saya benar, tetapi saya juga mengakui bahwa teoritas orang lain
juga mempunyai klaim kebenaran, ini berarti kita berada di tengah", jelasnya.
Dalam pemaparannya, ia juga memberi penjelasan tentang
bonding dan tugas seorang guru.
"Tugas seorang guru itu bukan hanya memberikan ilmu dan
teori, tetapi juga untuk menjalin relasi dari hari ke hati setiap anak. Misal
ada anak yang kena masalah sama temannya tetapi tidak datang ke gurunya,
berarti ada yang bermasalah dari bonding antara anak dengan gurunya," pungkasnya.
Usai pemaparan materi, acara dilanjutkan dengan sesi tanya
jawab. Pada sesi ini, para audiens sangat antusias dan interaktif dengan pemateri,
sehingga menjadikan seminar kali ini lebih meriah.
Sesi tanya jawab selesai, acara dilanjutkan dengan sesi foto bersama.
Penulis: Wildan Muhlisin (Kominfo HMJ PAI)