15fUkKsZVT9yDgBv50vtln5Ad8Y63wPOAJoCaduz

Kirimkan karya

Kirim

HMJ PAI UIN WALISONGO

Labels

Media Sosial Sebagai Platform Dakwah Masa Kini

 

Sumber : quora.com


Dakwah merupakan ajakan, panggilan atau seruan yang dilakukan dengan suara, kata-kata dan perbuatan. Maksud dari ajakan tersebut ialah usaha pendakwah (da’i) dalam mengajak seluruh umat manusia untuk lebih mengetahui tentang pencipta dan agamanya serta dituntun menuju jalan kepada Allah SWT. Dakwah berisikan pesan-pesan islami yang menghimbau umat manusia menjauhi perlakuan tercela. Untuk mencapai suatu keefektifan dalam berdakwah, dibutuhkan unsur-unsur dakwah yang terdiri atas da’i atau orang yang menyampaikan dakwah melalui lisan ataupun tindakan. Mad’u, yaitu orang yang menerima, mendengarkan, dan menindaklanjuti dakwah. Maddah, merupakan materi dakwah yang akan disampaikan da’i kepada mad’u. Wasilah, merupakan media atau alat yang digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan dakwah. Thariq, yaitu metode-metode dakwah yang digunakan da’i untuk menyampaikan pesan dakwahnya agar dapat dipahami dan tersampaikan dengan baik kepada mad’u.

Dakwah yang efektif ialah bagaimana dakwah tersebut memberikan pengaruh dan hasil kepada pendengarnya sesuai apa yang diinginkan atau disampaikan pendakwah. Efektivitas dakwah dapat dinilai berdasarkan dari berbagai sudut pandang serta tergantung pada siapa yang menerapkannya. Dari sudut pandang komunikasi, dakwah dapat dikatakan efektif apabila penyampaian dakwah memuat hal-hal seperti, penerimaan cermat dari isi stimulasi sesuai yang dimaksudkan pembicara atau pendakwah. Kesenangan, yaitu pendengar merasa senang terhadap apa yang disampaikan. Berpengaruh, yaitu dapat memengaruhi sikap dan perasaan pendengarnya dengan menggunakan manipulasi psikologis sesuai dengan keinginan pendengar sendiri. Membentuk hubungan sosial yang baik dan dapat menghasilkan tindakan yang nyata. Dari paparan diatas, dapat dimaksimalkan kegiatan dakwah tersebut, menggunakan media sosial yang semakin masif perkembangannya pada zaman sekarang.

Di era digital, segala aspek dakwah Islam memang butuh interpretasi ulang agar dapat ditransformasikan menuju arah baru yang lebih sesuai dengan spirit era digital. Alasan utamanya adalah untuk menangkal ketidaktahuan budaya akibat ketidakmampuan menyaring dan beradaptasi terhadap derasnya arus informasi di era digital. Oleh karena itu, dakwah Islam membutuhkan kecakapan para da’i  untuk memaksimalkan potensi digitalnya dalam penyediaan konten dakwah.

 Dakwah di era digital bukan tanpa problem. Salah satunya adalah interpretasi ulang oleh mad’u atau pesan dakwah, di mana mad’u memiliki otoritas untuk menafsir ulang pesan dakwah sesuai kapasitas masing-masing, dan pada saat bersamaan, seorang da’i tidak mampu mengontrol. Dakwah diera digital, adalah aktualisasi diri seorang da’i dalam menyampaikan pesan-pesan dakwahnya, namun juga pada saat bersamaan ada peran mad’u yang otonom dan independen.

 Namun begitu, dakwah digital tidak dapat disempitkan sebagai menunggangi teknologi media informasi untuk kepentingan dakwah Islam. Sementara pada sisi lain, dakwah Islam dimaknai sebagai penyampaian pesan secara verbal. Desain grafis dan audio visual merupakan hal yang harus dikuasai oleh da’i muslim era milenial ini, agar mudah dicerna oleh pendengar karena pengemasan yang variatif.

 Kontribusi besar perkembangan era digital kepada optimalisasi fungsi dan pemanfaatan kitab kuning, tidak saja digarap di dunia pendidikan melainkan juga di dunia dakwah. Dakwah digital yang berbasis kitab kuning ini menunjukkan betapa para kiai dan kaum santri telah berjuang menyebarkan konten-konten islami melalui platform digital dan meningkat pesat berkat perkembangan perangkat digital.

 Dakwah kiai di media sosial bukan hanya sebatas mentransfer ilmu belaka. Namun harus dilengkapi dengan kontrol konten dakwah yang ditampilkan, agar sesuai dan tidak menyeleweng dari pesan dakwah yang dimaksudkan. Tema akhlak dan moralitas yang ditampilkan pun harus sejalan dengan kondisi sosial masyarakat saat itu.

Hadirnya internet sebagai media baru dengan interaktivitas dan konektivitas yang tinggi dewasa ini telah memungkinkan pengembangan aktivitas dakwah yang lebih maju dan membedakannya dengan pola konvensional. Dakwah menjadi lebih mudah, tak terbatas ruang dan waktu serta murah dan terbuka. Dimensi dakwah dalam media berbasis internet merupakan tanda dari proses kebudayaan secara meluas, yang menyangkut ruang partisipasi dakwah yang terbuka.

 Dakwah melalui platform digital disampaikan dengan cara-cara simpatik, bijaksana dan lebih humanis. Sebagai media, internet tidak hanya dipandang sebagai media dalam konteks sarana, tetapi juga sebuah lingkungan tersendiri. Media digital dipandang sebagai agen yang mampu menjadi sarana atau saluran penyebaran gagasan atau pesan-pesan keagamaan. Internet bukan hanya teknologi komputer berjejaring, melainkan sebuah sistem tekno-sosial yang secara dinamis terus memunculkan kualitas-kualitas baru.

 Fenomena aktualisasi dakwah menggunakan internet saat ini telah memberikan suatu paradigma baru mengenai kesuksesan dakwah. Dengan memahami fenomena tersebut maka keberadaan internet sebagai media dakwah telah menjadi kebutuhan. Sehingga para ulama, da’i, dan para pemimpin Islam segera melakukan langkah-langkah strategis untuk menjaga dan mentarbiyah generasi muda agar siap dan matang dalam menghadapi serangan negatif dari media internet. Salah satu cara menghadapi serangan negatif internet dengan membuat jaringan-jaringan tentang Islam. Dengan demikian, ketika para mad’u mencari informasi keagamaan melalui internet, mereka dengan mudah mendapatkan informasi tersebut melalui situs dakwah Islam. Namun, juga perlu diwaspadai situs-situs yang mengatasnamakan “Islam” namun sesungguhnya materi dan penyampaiannya jauh dari ketentuan Islam.

Penulis : Siti Muryati (HMJ PAI UIN Walisongo Angkatan 2020)

Related Posts

Related Posts