15fUkKsZVT9yDgBv50vtln5Ad8Y63wPOAJoCaduz

Kirimkan karya

Kirim

HMJ PAI UIN WALISONGO

Labels

KKL Hari Pertama, Mahasiswa PAI Belajar Kunci Kesuksesan Pondok Pesantren


Dok. PAI UIN Walisongo

Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) UIN Walisongo Semarang mengadakan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) pada 9-11 Maret 2023.

KKL dilaksanakan untuk mengembangkan wawasan terkait Tridharma Perguruan Tinggi dalam peningkatan kualitas Pendidikan Agama Islam. Kegiatan ini diikuti oleh 129 mahasiswa dan 11 Dewan Pembimbing Lapangan (DPL). Di hari pertama, PAI UIN Walisongo mengunjungi Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamiy Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat. Alasan pemilihan kunjungan pondok pesantren tersebut karena ingin mempelajari seputar Pondok Pesantren Kebon Jambu dan mengambil keteladanan dari orang-orang pesantren.
Dok. PAI UIN Walisongo

Kegiatan kunjungan ini diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an dan pembacaan sholawat oleh salah satu santriwati. Kemudian dilanjut sambutan dari Ketua Jurusan PAI dan Pengasuh Pondok.

Dr. Fihris, M. Ag., selaku Ketua Jurusan PAI menyampaikan terimakasih kepada Keluarga Besar Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamiy, Ciwaringin, Cirebon yang telah memberikan sambutan baik. 

"Saya mengucapkan terimakasih banyak kepada Ibu Nyai dan keluarga besar pondok yang telah memberikan sambutan yang sangat hangat kepada kami. Adapun tujuan kami berkunjung kesini adalah untuk ngangsu kawruh, mengambil hal-hal baik yang ada di pesantren lewat materi yang akan diberikan oleh bu nyai," ucapnya.

Kemudian sambutan kedua sekaligus pemberian materi diberikan langsung oleh Pengasuh Pondok Kebon Jambu Al-Islamiy, Ciwaringin, Cirebon, Ibu Nyai Hj. Masriyah Amva. Beliau menyampaikan mengenai sejarah pondok pesantren Kebon Jambu dari awal mula berdiri sampai sekarang. 

"Pondok pesantren ini didirikan sekitar 30 tahun yang lalu oleh suami saya, K.H. Muhammad (alm). Pengambilan nama Kebon Jambu dilatarbelakangi lokasinya dulu merupakan belantara kebun yang diisi pepohonan jambu biji. Kemudian pada tahun 2007, suami saya meninggal dunia. Saya mengalami keterpurukan dimana harus memimpin pondok seorang diri," jelasnya.
Dok. Media Kebon Jambu

Ternyata dalam memimpin pondok pesantren tidaklah mudah. Berbagai rintangan telah dilewati Ibu Nyai Masriyah. Dimulai dari santri-santrinya yang satu persatu boyong, meminta bantuan kepada orang-orang hebat tidak diberi, bahkan sampai diremehkan masyarakat. Akan tetapi, perlahan demi perlahan beliau mampu membuktikan kesuksesan kepemimpinanya. Beliau mampu menjadi ulama perempuan yang berhasil memimpin pondok. 

"Setelah saya mengalami keterpurukan, saya kemudian bangkit dan mampu membuktikan bahwa perempuan bisa menjadi seorang pemimpin. Konggres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) pertama kali dilaksanakan di pondok ini. Setelah itu, pondok ini mulai dikenal masyarakat Indonesia, bahkan mancanegara. Banyak yang berdatangan melakukan kunjungan kesini, baik dari majelis taklim maupun universitas. Hingga kini, Ponpes Kebon Jambu memiliki SMA, MA, MTAS, dan Ma'had Aly," imbuhnya.

Di akhir sesi, beliau memberikan motivasi bahwa kita harus bisa menciptakan energi positif dalam diri. Terlebih perempuan, harus bisa mandiri, tidak bergantung kepada siapapun, selain Allah Swt.

Penulis: Nurul Laely Mahmudah (Mahasiswa PAI UIN Walisongo)

Related Posts

Related Posts