15fUkKsZVT9yDgBv50vtln5Ad8Y63wPOAJoCaduz

Kirimkan karya

Kirim

HMJ PAI UIN WALISONGO

Labels

Perintah Salat Lima Waktu dalam Peristiwa Isra Mikraj

Dok. Freepik

Tahun ini, peristiwa Isra Mikraj yang terjadi pada 27 Rajab diperingati pada hari Sabtu, 18 Februari 2023 bertepatan dengan 27 Rajab 1444 H.

Isra Mikraj adalah serangkaian peristiwa yang menghasilkan perintah sholat lima waktu. Perjalanan Isra Mikraj ini sangat luar biasa. Mengapa luar biasa? Selengkapnya dijelaskan dalam surat Al-Isra' ayat 1: 

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

Artinya : Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. Al-Isra' :1).

Seperti yang banyak orang ketahui, Isra Mikraj adalah peristiwa atau kejadian yang terjadi pada 27 Rajab bertepatan dengan tahun duka cita (10/11 kenabian). Sejarah Islam mencatat tahun itu sebagai tahun duka cita karena pada tahun itu nabi mengalami tiga peristiwa yang menyedihkan. Dimulai dari meninggalnya paman yang selalu melindungi nabi yakni Abu Thalib, kemudian Khadijah sang istri terkasih yang meninggal dunia. Pada tahun ini juga nabi mencoba berdakwah ke negeri tetangga Thaif untuk mendapatkan sambutan yang baik dari para penduduknya, tetapi beliau malah mendapatkan luka terhadap penolakan dakwahnya secara fisik maupun hinaan dari masyarakat Thaif.

Isra merupakan perjalanan Nabi Muhammad Saw. dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha. Sedangkan Mikraj adalah perjalanan dari Masjidil Aqsha hingga naik ke langit ke tujuh. Dengan demikian peristiwa Isra Mikraj merupakan perjalanan suci Nabi Muhammad Saw. yang dilakukan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di Palestina, hingga naik ke Sidratul Muntaha di langit ke tujuh dalam satu malam. Allah mengisra mikrajkan Nabi Muhammad Saw., pada tahun itu untuk menghibur hati Nabi yang sedang berduka cita.

Dalam ayat pertama surat Al-Isra' ini Allah mengawali sabda-Nya dengan kata سُبْحٰنَ yang mengandung hal tak biasa (luar biasa) dengan pengertian lain jauh dari nalar (akal pikiran) manusia. Allah juga menyebut nabi dengan kata عَبْدِ (hamba) tanpa menyebut nama, itu karena عَبْدِ (hamba) adalah puncak paling tinggi dari derajat manusia. Peristiwa Isra Mikraj juga dijalankan oleh Allah pada malam hari dimana malam hari adalah tempatnya segala kemuliaan. 

Pada peristiwa Isra Mikraj ini, awalnya Nabi Muhammad Saw. diperintahkan oleh Allah Swt. melaksanakan salat lima puluh waktu sehari semalam. Tetapi atas perintah dan usulan dari Nabi Musa As, beliau memerintahkan kepada Nabi Muhammad Saw. kembali lagi menghadap Allah Swt. untuk meminta keringanan atas perintah yang telah diberikan. Kemudian pada saat kembali manghadap Allah Swt, Nabi Muhammad Saw mendapatkan keringanan lima waktu. Setelah kembali lagi menghadap Nabi Musa As, beliau masih diperintahkan untuk kembali menghadap Allah Swt untuk mendapatkan keringanan kembali, hingga beberapa kali yang akhirnya menjadi lima waktu dalam sehari semalam.

Seperti hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut, Dari Anas bin Malik rodhiyallahu‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita:

فَنَزَلْتُ إِلَى مُوسَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: مَا فَرَضَ رَبُّكَ عَلَى أُمَّتِكَ؟ قُلْتُ: خَمْسِينَ صَلَاةً، قَالَ: ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ، فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا يُطِيقُونَ ذَلِكَ، فَإِنِّي قَدْ بَلَوْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَخَبَرْتُهُمْ “، قَالَ: ” فَرَجَعْتُ إِلَى رَبِّي، فَقُلْتُ: يَا رَبِّ، خَفِّفْ عَلَى أُمَّتِي، فَحَطَّ عَنِّي خَمْسًا، فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى، فَقُلْتُ: حَطَّ عَنِّي خَمْسًا، قَالَ: إِنَّ أُمَّتَكَ لَا يُطِيقُونَ ذَلِكَ، فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ “، قَالَ: ” فَلَمْ أَزَلْ أَرْجِعُ بَيْنَ رَبِّي تَبَارَكَ وَتَعَالَى، وَبَيْنَ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ حَتَّى قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنَّهُنَّ خَمْسُ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، لِكُلِّ صَلَاةٍ عَشْرٌ، فَذَلِكَ خَمْسُونَ صَلَاةً

Lalu aku turun dan bertemu Nabi Musa shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia bertanya : “Apa yang telah diwajibkan oleh Tuhanmu kepada umatmu?” aku menjawab : “Salat lima puluh waktu.” Nabi Musa berkata : “Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan karena umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Aku pernah mencoba Bani Israel dan menguji mereka” Beliau bersabda : “Lalu Aku kembali kepada Tuhanku dan berkata, “Wahai Tuhanku, berilah keringanan kepada umatku”. Maka diringankan lima waktu, Lalu aku kembali kepada Nabi Musa dan berkata : “Allah telah meringankan menjadi lima waktu”, Nabi Musa berkata : “Umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan lagi”. Beliau bersabda : “Aku masih saja bolak-balik antara Tuhanku Tabaraka Wa Ta’ala dan Nabi Musa ‘Alaihis Salam“, sehingga Allah berfirman : “Wahai Muhammad.! Sesungguhnya aku wajibkan lima waktu sehari semalam, setiap salat wajib dilipatgandakan dengan sepuluh kali lipat, maka pahalanya sama dengan lima puluh shalat. (HR. Muslim, hadist no. 162).


Penulis: Amelia Novianti dan Fajar Fahrozi Kurniawan (Kominfo HMJ PAI 2023)

Editor: Nurul Laely Mahmudah (Kominfo HMJ PAI 2023)


Related Posts

Related Posts